Minggu, 30 Juli 2017

MAKALAH : pemilu di mata remaja / pemuda di Indonesia

Go a head



A.   Latar Belakang

Pemilu atau pemilihan umum bukanlah hal yang tabu bagi seluruh warga negara Indonesia. Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi muda yang akan memakai hak pilih untuk pertama kalinya. Jumlah yang cukup besar tentunya.
Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17 tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak bisa bertindak apapun mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada DPR dan MPR yang mewakili rakyat.
Tak sedikit pemuda yang menjadi pemilih pemula, sehingga, mereka yang berumur 17-21 tahun sudah memiliki hak secara langsung untuk memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nurani tanpa perantara atau dorongan dari manapun, karena suara yang mereka berikan juga sebagai penentu bagi mereka sebagai pemilih, untuk mewujudkan masa depan yang lebih cerah.
Ikut serta dalam pemilihan merupakan pengalaman pancasila, khususnya sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan  dalam permusyawaratan perwakilan. Sebagai warga negara yang baik, kita hendaknya dapat mengembangkan kesadaran berperan serta dalam pemilu. Peran serta tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti kampaye atau ikut serta dalam pemilihan langsung.
Manfaat pemilu bagi pemilih muda yang mayoritas pelajar, remaja dan mahasiswa, juga untuk mendidik dan mencerdaskan. Oleh karena itu, suara yang mereka berikan merupakan wujud kerjasama untuk mensukseskan pemilu. Karena dikalangan pemilih remaja, pendidikan politik sangat rendah. Sehingga pemilih pemula bisa menduduki posisi terpenting dalam pemilu. Kerendahan pendidikan politik tersebut tidak setara dengan jumlah pemilih muda yang sangat banyak. Oleh sebab itu partisipasi mereka terkadang di manfaatkan sebagai sasaran buruan para calon.
Hubungan pemilu dengan pemilih sangatlah erat. Karena dalam pemilu membutuhkan pemilih dan pemilih membutuhkan pemilu untuk memilih seorang pemimpin, karena negara Indonesia menganut kedaulatan rakyat. Dalam pemmilu setiap pemilih memiliki hak untuk  memilih siapa yang kira-kira bisa dijadikan panutan yang bertanggung jawab. Karena dikalangan masyarakat khususnya dikalangan pemilih pemula. Perlakuan sesuai dengan fungsi dan kedudukan dalam masyarakat merupakan sebuah keadilan dalam kehidupan sosial budaya. Oleh sebab itu, pemilu sangatlah penting dikalangan pemilih remaja.
Memahami kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula atau pemilih remaja dalam pilkada perlu kiranya diaktualisasikan melalui pembelajaran yang melibatkan langsung diri remaja terhadap fenomena sosial yang terjadi dilingkungan anggota dan aktivitas keluarga atau masyarakat dengan pendekatan School-Based Democracy Education. Dengan demikian siswa akan terlibat langsung dengan aktivitas masyarakat dan dirimya sebagi objek sekaligus subjek dalam berdemokrasi. Dengn melihat latar belakang tersebut diatas, penulis dalam hal ini terdorong untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana posisi kata pemilu dalam diri seorang remaja ataupun pemilih pemula di Indonesia, sekaligus untuk mengetahui bagaimana peran serta remaja dalam pemilu.

B.    Pokok pembahasan

1.      Pengertian pemiliu
2.      Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia
3.      Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia
4.      Kebudayaan remaja dan siswa sebagai pemilih muda dalam pemilu
5.      Pandangan anak muda tentang partai politik
6.      Antusiasme generasi muda dalam pemilu

C.   Tujuan Penulisan

1.      Untuk memenuhi tugas matakuliah
2.      Supaya mahasiswa dapat lebih memahami pemilu di Indonesia
3.      Agar mahasiswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari generasi muda untuk menciptakan pemilihan umum yang lebih baik dari pemilu yang pernah dilaksanakan



BAB II

ISI


A.   Pengertian Pemilu

Pemilihan umum atau sering disebut sebagai pemilu adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat diberbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. pada konteks yang lebih luas, pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun dalam hal ini kata pemilihan yang lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuatif (tidak memaksa) dengan melakuakan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain. Meskipun agitasi dan propaganda di negara demokrasi sangat di kecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selaku komunikator politik.
Dalam pemilu, para pemilih dan pemilu uga di sebut konstituen, dan kepada para merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pengumutan suara. Setelah pengumutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD pasal 1 berbunyi “pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.” Dan UU No. 23 tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil presiden negara RI yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan banyaknya jumlah penduduk demi seorang dalam menentukan jalannya pemerintahan oleh sebab itu kedaulatan rakyat dilaksanakan dengan cara perwakilan

B.    Tujuan pemilu

Pada dasarnya ada beberapa tujuan yang mendasari pelaksanaan pemilu di Indonesia diantaranya:
1.      Untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota
2.      Melaksanakan demokrasi pancasila
3.      Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
4.      Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
5.      Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia
6.      Menjamin kesinambungan pembangunan
7.      Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
8.      Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara

C.   Dasar Pemikiran dilaksanakannya Pemilu di Indonesia

ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia, diantaranya adalah:
a.       Sebagai sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya reformasi dalam bidang politik
b.      Membentuk lembaga permusyawarah/perwakilan rakyat agar dapat berpartisipasi dalam pemerintahan
c.       Melaksanakan asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
d.      Melaksanakan hak plitik warga negara Indonesia.
Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan diri sebagai negara demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis apabila memenuhi dua asas pokok pemerintahan demokrasi yaitu:
1.      Adanya pengakuan hak asasi manusia
2.      Adanya partisipas rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan dalam bentuk pemilu yang demokratis

Dasar-dasar hukum pemilihan umum adalah:
1.      Pancasila
2.      Undang-Undang Dasar 1945
3.      Ketetapan MPR tentang GBHN
4.      Ketetapan MPR tentang pemilu
5.      UU No.31 tahun 2002 tentang partai politik
6.      UU No.12 tahun 2003 tentang pemilu
Landasan pemilu di Indonesia meliputi:
1.      Landasan idiil  pemilu adalah Pancasila
2.      Landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945
3.      Landasan operasional adalah
a.       Ketetapan MPR No. III / MPR / 1998
b.      UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik
c.       UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu


D.   Kebudayaan remaja dan siswa sebagai pemilih muda dalam pemilu

Siswa atau remaja pada umumnya memiliki suatu sistem sosial yang seolah-olah menggambarkan bahwa mereka mempunyai “dunia sendiri”. Dalam sistem remaja ini terdapat kebudayaan yang antara lain mempunyai nilai-nilai, norma-norma. Sikap serta bahasa tersendiri yang berbeda dari orang dewasa. Dengan demikian remaja pada umumnya mempunyai persamaan dalam pola tingkah laku, sikap dan nilai, dimana pola tingkah laku kolektif ini dapat berbeda dalam beberapa hal dengan orang dewasa.

Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas dan cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya atau “peer group” adalah penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap permulaan perkembangan perasaan sosial. Pada masa ini timbul keinginan remaja untuk mempunyai teman akrab dan sikap bersatu dengan teman-temannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka menjauhkan diri. “Peer culture” ini berpengaruh sekali selama masa remaja sehingga nilai-nilai kelompok sebaya mempengaruhi kelakuan mereka. Seorang remaja membutuhkan dukungan dan konsensus dari kelompok sebayanya. Dalam hal ini setiap penyimpangan nilai dan norma kelompok akan mendapat celaan dari kelompoknya, karena hubungan antara remaja dan kelompoknya bersifat solider dan setia kawan. Pada umumnya para remaja atas kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan dalam minat, kesenangan atau faktor lain.
Berkenaan dengan kapasitas kebudayaan remaja/siswa tersebut, setidaknya dapat dijadikan gambaran penting upaya melihat peta demokrasi dan kesadaran politik kalangan remaja di lingkungan persekolahan sebagai bagian pemilih pemula dalam pilkada. Menurut Bambang, ada tiga tingkat materi yang perlu ditanamkan dalam kurikulum pendidikan berkaitan dengan sosialisasi pemilu melalui kurikulum pendidikan. Ketiga materi tersebut adalah penanaman hakikat pemilu yang benar sehingga memunculkan motif yang kuat bagi pemilih pemula untuk mengikuti pemilu, pemahaman mengenai sistem pemilu, dan pemahaman tentang posisi tawar politik.
Pemahaman perilaku politik (Political Behavior) yaitu perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor poltik dan warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik. Sedangkan menurut Almond dan Verba yang dimaksud budaya politik (Political Culture) merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sitem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara senantiasa mengidentifikasi diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.

E.    Peran pemuda dalam pemilu

Hampir setiap kegiatan pemilu, peran pemuda cukup mendominasi, bahkan ada yang melampaui 90 persen dari keseluruhan masa yang hadir dalam kampanye. Ketika juru kampanye meneriakan yel ataupun jargon parpolnya, sambutan pemuda tampak begitu semarak sekali.
Tak dapat dipungkiri, dukungan pemuda dalam setiap pemilu tak pernah surut. Tidak saja di Indonesia, di setiap Negara manapun partisipasi pemuda dalam pemilu selalu dominan. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah animo pemuda terhadap politik ini dikarenakan hati nuraninya atau ada hal lain, seperti ikut-ikutan saja?
Sejak era sebelum kemerdekaan, pasca kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, sampai Orde Reformasi partisipasi pemuda dalam menyuarakan demokrasi itu tak diragukan lagi. Sumpah pemuda yang dikumandangkan 1928, proklamasi kemerdekaan 1945, dan reformasi 1998, menunjukkan bahwa peran pemuda dalam kebangkitan bangsa memang begitu dominan dan strategis. Ini dikarenakan pada masa ini (pemuda), punya kekuatan otot dan otak yang kuat. Kata kasarnya apapun bisa dilakukan oleh pemuda. Seperti kata Soekarno, berikan saya sepuluh orang pemuda, maka akan ku goncang dunia ini.
Pemilu merupakan ajang pesta demokrasi rakyat, digelar setiap lima tahun sekali. Tentu saja banyak pemuda yang untuk pertama-kalinya memiliki hak pilih. Lantas, ke parpol manakah sebagian besar pemuda menyalurkan aspirasinya. Nah, hal inilah yang perlu digarap secara cermat oleh setiap Parpol. Jumlah suara pemuda itu puluhan juta, tentu saja diperlukan perlakuan khusus untuk mendekati kalangan pemuda.
Dalam massa kampanye yang berlangsung beberapa pekan, tentu saja setiap Parpol akan beradu jurus atau strategi untuk memperoleh dukungan pemuda. Ada yang memasang jurus klasik, umpamanya dengan penawaran program yang menyangkut kepentingan pemuda. Ada juga Parpol yang mendekati pemuda dengan menggunakan jurus yang berbau psikologis, artinya apa yang menjadi minat dan kecenderungan pemuda lantas disajikan selama masa kampanye. Tak heran menjelang Pemilu 2014 beragam kecanggihan teknologi informasi akan dimanfaatkan Parpol, misalnya situs jejaring social.
Karena pemuda cenderung lebih suka hiburan, hura-hura dan kumpul-kumpul, maka berbagai hiburan pun digelar, mulai dari menampilkan music rock, dangdut, pop, hingga berupaya menampilkan selebritis idola kaula muda. Beberapa selebritis yang berhasil masuk parlemen terutama karena dukungan pemuda.
Tak dapat dipungkiri, bahwa dengan cara menampilkan selebritis kesohor, dengan sendirinya jumlah masa kampanye akan membludak, terutama kalangan pemilih berusia muda. Bagi Parpol yang kantungnya tebal, upaya mendatangkan selebritis memang tidak sulit, berapapun honornya mampu membayarnya. Namun bagi Parpol dengan kantung pas-pasan memang cukup sulit untuk menampilkan artis dalam kegiatan kampanye, kecuali jika sang artis dengan suka rela dan ikhlas mendukungnya. Sebagai gambaran yang menujukkan betapa efektifnya unsur hiburan dalam mengumpulkan massa, umpamanya pada Pemilu 1982 lalu, dalam suatu kampanye di Jakarta, sebuah Parpol bisa menghadirkan satu juta massa, terutama karena kehadiran Rhoma Irama beserta Grup Soneta yang saat itu mencapai puncak kejayaan.
Untuk meraih suara dan simpatik pemuda, maka tak heran jika para tokoh Parpol dan para jurkam yang sebenarnya sudah tak muda lagi kembali berpenampilan muda, bahkan dipanggung kampanye tak segan-segan untuk berjoget, bernyanyi dan berteriak-teriak histeris. Dalam arena kampanye memang para “koboy kolot” banyak bermunculan, tampak begitu dinamis dan sangat memikat penampilannya, bahkan tampak lebih muda dari para pemuda. Tentu saja para pemuda akan segera jatuh simpatik pada tokoh Parpol yang demikian.
Pemuda memang identik dengan gairah, semangat, demokrasi dan keterbukaan. Pemuda tak menyukai segala sesuatu yang loyo dan muluk-muluk, pemuda memang amat menyukai realita. Dengan demikian, salah satu “jurus” untuk meraih dukungan pemuda dalam Pemilu ialah dengan menawarkan keterbukaan, program yang tidak muluk-muluk serta realistis.
Dalam setiap acara kampanye, gairah pemuda seperti terbakar dan makin bergelora. Dalam setiap kampanye ketergantungan Parpol terhadap kalangan pemuda begitu tinggi, karena sebagian besar dari massa yang hadir memang para pemuda. Sudah sewajarkan keikutsertaan pemuda tidak disia-siakan, apalagi jika ditanamkan perasaan sentimen atau prasangka yang buruk terhadap Parpol lain, hingga dikhawatirkan menimbulkan perpecahan antar pemuda.

F.    Pandangan Anak Muda Tentang Partai Politik

Partai politik pada dasarnya menjadi alat pencerah untuk menyadarkan masyarakat pada peran politiknya. Namun sepertinya partai politik melupakan sesuatu, pencerahan politik yang dilakukan terkadang tidak menyentuh generasi muda khususnya anak muda/remaja. Program-program yang ada dalam partai politik cenderung tidak memperhatikan potensi pemilih suara dari kalangan ini.

Masa muda merupakan saat-saat dimana mereka ingin mencoba mengikuti proses pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia tidak di imbangi dengan kemampuan memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum menjangkau remaja. Apalagi mewakilinya. Mungkin ini merupakan salah satu kelemahan partai politik yang sering meremehkan hal-hal kecil. Remaja merupakan generasi penerus keberlangsungan bangsa ini. Pendidikan pilitik bagi mereka merupakan hal penting. Merekalah generasi pemilih di masa yang akan datang.
Bila di kaji lebih dalam, remaja bis memberi keuntungan pada prti politik bila input pendidikan politik pada mereka di berikan secara intensif. Kaum pemuda akan memiliki kesadaran berpolitik tinggi dan semakin kritis pada proses politik yang tengah terjadi. Partai juga diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi politik secara dini. Hanya saja partai politik sepertinya belum memahami arti penting ini.
Orientasi partai politik masih pada isu-isu besar. Cara mendongkrak suara pun masih menggunakan cara-cara yang sudah umum, misal menggunakan artis dengan cara merekrutnya. Dengan kondisi seperti itu secara tidak langsung telah membentuk sikap tertentu dikalangan remaja. Peran remaja pun menjadi kurang. Dan pada alkhirnya mereka akan memilih hura-hura ketimbang memikirkan politik yang rumit dan belum tentu memberikan keuntungan bagi mereka.
 Remaja lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu cetak, elektronik, dan sekarang pada media online.  Tentunya informasi yang mereka dapatkan dari media bukanlah penegetahuan mendalam, namun sepotong-sepotong. Ketidakpedulian partai politik akan mempersulit menyadarkan remaja pada peranan politiknya. Kalau hanya kemengan dalam pemilu yang di kejar oleh partai politik, remaja selamanya tidak akan pernah tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya yang membentuk kesdaran remaja tergantung pada orangtua. Bila tidak ada yang mengarahkan mereka tidak akan pernah memiliki kepedulian.
Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam tatacara pemerintahannya. Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah diadakannya pemilihan raya untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatif (perwakilan rakyat) pada berbagai tingkatan daerah. Pemilihan ini menggunaka sistem one-man-one-vote, rtinya tidak peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial, satu orang memiliki satu suara. Itulah menariknya demokrasi.
Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan ketidakpuasan setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan pilkada provinsi  dan kabupaten/kota. Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent, bila kecewa ia akan memilih pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi sepeerti ini perlu kita perjuangkan dengan menggunakannya dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak menggunakannya maka, bisa jadi suara kita diklaim atau di bajak oleh pihak tertentu. Konsekuensi selanjutnya dari demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi. Mekanisme yang digunakan oleh Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan melalui sistem paratai politik. Rasanya memang menjadi agak aneh apabila, kita menjadi anti terhadap partai politik, karena justru merekalah corong opini kita kepemerintah.
Konsekuensi terakhir dari demokrasi adalah hak setiap warga untuk aktif dalam berpolitik. Setiap warga negara berhak di pilih dan memilih, begitulah bunyi undang-undang negeri ini. Artinya kita mempunyai kesempatan tidak hanya sebagai follower tetapi juga sebagai leader. Dalam berpolitik dan bernegara, tentu ada mereka yang aktif bergerak, dan lebih banyak yang menunggu dan mengikut. Indonesia negara hukum, dan salah satu tugas penting dari para politisi adalah mengeluarkan produk hukum untuk kesejahteraan rakyat.
Tentu tidak semua anak muda harus aktif berpolitik, tetapi saya sangat yakin percaya bahwa demokrasi yang berkualitas akan terwujud bila anak muda Indonesia menggunakan hak politik mereka, yakni memilih dan menyampaikan aspirasinya.

G. Antusiasme Genersi Muda Dalam Pemilu

Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu, 7,4 persen di antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi muda yang akan memakai hak pilih untuk pertama kalinya. Berbagai kalangan mengungkapkan kekhawatiran, bahwa mereka akan bersikap apolitis atau tergilincir pada politik uang. Bermula dari keprihatinan itu, seorang ahli strategi marketing digital, Pingkan Irwin membangun website: www.AyoVote.com lengkap dengan layanan jejaring sosial. Tujuannya membangkitkan minat anak-anak muda untuk peduli dengan perkembangan politik, termasuk dalam bentuk partisipasi pemilu.
Pingkan Irwin: Ide awal untuk membuat website Ayo Vote dimulai dari 2012 setelah Pilgub Jakarta. Dari situ kita sadar masih banyak anak muda Indonesia yang peduli dan semangat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, tapi selama ini masih belum ada media yang bisa memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, kita mulai membangun AyoVote.com, di mana informasi yang terdapat di dalamnya lebih fokus kepada pengetahuan mendasar untuk membekali para pemilih muda agar mereka bisa menggunakan hak suara secara bertanggung jawab. Selama menyiapkan website tersebut, kita sadar bahwa kita perlu melakukan proyek ini dalam skala lebih besar. Oleh karena itu, saya dan Abdul Qowi Bastian, memutuskan untuk membuat Ayo Vote menjadi sebuah gerakan pendidikan pemilih yang ditujukan kepada generasi digital.
Diperkirakan bahwa dalam setiap Pemilu, 30% dari total jumlah pemilih adalah pemilih muda (usia 17-30 tahun). Demografi ini tentunya sangat signifikan dan partisipasi mereka akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil pemilu.Karena jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan memastikan calon yang terkuatlah yang akan akhirnya terpilih.
Tingkat apatis generasi muda Indonesia memang tinggi. Respon yang biasanya kita dapat ketika kita bertanya kenapa mereka enggan untuk memilih:
·         Siapa pun yang menang, Indonesia akan begini-begini aja, gak akan mengubah apa-apa.
·         Gak kenal juga siapa aja calonnya.
·         Semua politisi itu korup.
·         Gak tahu apa perbedaan antara partai politik peserta pemilu.
·         Kayaknya prosesnya ribet deh.
Itu adalah 5 hal utama yang kami coba atasi dengan adanya Ayo Vote. Pendekatan kami difokuskan ke 5 masalah persepsi di atas dengan cara men-simplify semua informasi mendasar tentang Pemilu. We keep it simple. Fokus kita memang tidak hanya tentang politik, tapi juga tentang hal-hal positif tentang Indonesia yang patut diperjuangkan dan mengapa partisipasi para anak muda sangat penting dalam menentukan arah negara.
Ada beberapa partai politik yang sangat semangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Ayo Vote, dan kami sangat terbuka untuk mengakomodasi semua partai politik, idealnya. Dan jumlah caleg yang tertarik untuk membuat acara dengan Ayo Vote juga jumlahnya tidak sedikit. Pada dasarnya Ayo Vote adalah sebuah open platform untuk menjadi jembatan antara para pemilih muda dan partai politik ini, maka dari itu kita selalu mencoba untuk mengakomodasi tanpa mengurangi integritas konten dan tetap memegang teguh netralitas program kami.
Hampir setiap akhir pekan dihabiskan Pingkan Irwin, sang inisiator Ayo Vote. Kegiatan yang mendorong minta anak muda agar melek politik bertemu banyak orang dan bekerja. Tapi bukan untuk sekedar nongkrong, shopping atau cuci mata di pusat keramaian, melainkan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan sadar politik bagi generasi muda.
Pingkan Irwin: Saat ini kita sedang gencar untuk melakukan kunjungan ke kampus dan sekolah-sekolah, karena mereka adalah target program kami. Selain itu kita juga ada acara bulanan di mall-mall, namanya "NgomPol" (Ngomongin Politik). Acara tersebut adalah hasil kolaborasi Ayo Vote dengan Provocative Proactive yang memang sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengemas konten politik menjadi lebih menarik dan lebih dekat ke anak muda.
Selain pendanaan tentunya, problem utama yang kita hadapi adalah mengubah persepsi tentang politik Indonesia yang dinilai sangat kotor. Tujuan Ayo Vote sendiri itu ada 2:
1. Meningkatkan partisipasi dalam Pemilu
2. Menjadikan pemuda Indonesia, pemilih yang bertanggung jawab.
Untuk mengangkat mereka ke tatanan pertama saja sudah sangat sulit karena tingkat apatis yang tinggi, perlu pendekatan yang berbeda untuk meyankinkan mereka bahwa partisipasi mereka justru sangat penting untuk memutus siklus buruk yang terjadi dalam kepemerintahan Indonesia saat ini.
Ketika kita berhasil mengubah persepsi bahwa suara mereka tidak berpengaruh, kita baru bisa masuk ke tahap kedua di mana mereka harus tahu betul siapa yang akan mereka pilih dan kenapa.
Sayangnya karena korupsi sudah menjadi bagian dalam budaya Indonesia saat ini; seakan-akan kita harus menerima bahwa korupsi memang sudah menjadi bagian dari proses. Pemberitaan di media rasanya seperti tidak berhenti dari satu kasus ke kasus yang lain, sampai terkadang kita lupa tentang kasus-kasus sebelumnya atau malah sering tertukar siapa saja orang yang terlibat dalam suatu kasus karena sudah terlalu banyak.
Karena kita sudah dibombardir dengan pemberitaan negatif ini, kita merasa bahwa semua orang dalam dunia politik itu kotor. Tapi bukan begitu kenyataannya, masih banyak orang-orang yang sangat pintar dan kompeten yang bekerja dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kami juga ingin menyorot para individu yang menurut kami adalah sosok-sosok pemimpin yang bekerja melayani rakyatnya sepenuh hati untuk memperbaiki keadaan.
Sejauh ini sangat membesarkan hati karena banyak di antara mereka yang sangat semangat dan jumlah relawan Ayo Vote juga sudah cukup banyak. Rata-rata mereka antusias dengan video yang kita produksi atau ketika tim kita datang ke kampus mereka untuk melakukan workshop. Karena mereka sebenarnya ingin cari tahu lebih banyak informasi seputar pemilu, hanya saja selama ini informasinya masih terpencar. Maka ketika kita berikan panduan step-by-step dan mereka sadar betapa mudahnya, contohnya cek apakah nama mereka sudah terdaftar dalam DPT atau tidak, mereka kemudian tertarik untuk cari informasi lebih lanjut melalui Ayo Vote.
Semenjak program Ayo Vote diluncurkan, weekend pun akhirnya digunakan untuk bekerja. Selain penyelenggaraan event, pekerjaan kantor pun juga harus dicicil hari Sabtu dan Minggu. Tapi sejauh ini masih manageable dan kita selalu melakukan proyek sesuai dengan kemampuan kita untuk memastikan kita dapat mencapai hasil maksimal.
Sekarang sudah tidak ada alasan lagi, karena banyak sekali informasi yang tersedia online. Jangan sampai anak muda membiarkan orang lain menentukan pilihan mereka, karena nantinya mereka sendiri yang merasa dirugikan dan menyesal di kemudian hari kalau kandidat yang terpilih tidak sesuai dengan harapan mereka.
Pastikan orang/partai yang dipilih memang sudah sejalan dengan apa yang mereka inginkan, memperjuangkan isu-isu yang dekat dengan si pemilih itu masing-masing dan memiliki latar belakang serta pengalaman yang memadai untuk posisi yang akan mereka jabat nanti.
Jangan sampai anak muda memilih orang/partai tanpa mengetahui informasi dengan jelas, hanya berdasarkan kenal dari iklan dan baliho yang pernah dilihat. Anak muda harus benar-benar tahu apakah para kandidat ini kompeten atau tidak. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk memastikan hanya orang-orang terbaik lah yang akan menjadi wakil mereka selama 5 tahun ke depan nanti.

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Pada dasarnya Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja 17 tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak bisa bertindak apapun mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada DPR dan MPR yang mewakili rakyat.
Maka dalam hal ini untuk memenuhi keinginan tersebut peran pemuda disini adalah sangat penting terutama untuk memahami politik dengan sebaik-baiknya. Dan tingkat pemahaman pemuda juga didorong dari keluarga dan juga lingkungan tempat ia beradaptasi. Lingkungan juga akan memberikan hal positif dan negatif pada diri remaja. Lingkungan yang positif akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan politik remaja muda. Misaknya dengan adanya AyoVote akan membangkitkan semangat muda dalam politik.


B.    Saran

Sebagai muda mudi dalam pemilihan umum dan sebagai remaja yang masih belum memahami penuh politik hendaknya kita ikut memahami lebih dalam tentang makna pemilihan umum dengan lebih baik lagi dan memberikan hak pilih kita dengan adil dan tanpa pemaksaan dari pihak orang lain.



Daftar Pustaka


Abubakar, H Suardi, drs, dkk. 2004. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani. Jakarta : Yudhistira
Purwanto, Drs. 2006. GLADI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Klaten : Gading Kencana.
Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN. Mojokerto : CV. SINAR MULIA PUSTAKA.

Jumat, 16 Juni 2017

CARA DOWNLOAD DAN INSTAL IDM TANPA SERIAL NUMBER FULL VERSION

Go a head

CARA DOWNLOAD DAN INSTAL IDM è TANPA SERIAL NUMBER FULL VERSION

idm-fjh_imanblog



 Halo, kali ini saya akan berbagi cara download dan instal internet download meneger atau IDM yang tentunya sanya kita butuhkan, apalagi bagi kita pecinta super cepat hehe...
langsung saja tanpa perlu cerita panjang lebar perhatikan baik-baik langkah-demi langkah berikut, GOOD LUKC ya semuannya...


Persiapan:
1.       Pastikan ada Koneksi internet untuk mendownload IDM terbaru beserta CRACKnya.
2.       Jika sudah punya IDM, silahkan copot atau uninstal versi IDM sebelumnya dengan  pilih Uninstall penuh.



Langkah mendownload:
1.       Silahkan buka www.kuyhaa-android19.com/internet-download-manager-full-version.html atau silahkan klik link INI.

2.       Setelah terbuka, scroll ke bawah, jika penasaran silahkan sekalian baca-baca cara instal nya di laman tersebut.

3.       Pilih salah satu yang ingin Anda download. Mis: saya pilih size:8 mb di Via Zippy share : internet download manager 6,28 Build 01 Final è jika ada versi terbaru silahkan pilih saja mis: size 9 Mb atau yang lain. Lalu klik.

4.       Silahkan menunggu laman nya di buka, setelah itu pilih downlolad now.(kalau ada iklan di close saja, biasanya tiap kita mau klik iklan muncul di tab baru dan sifatnya mengganggu)

5.       Setelah Anda klik download now, silahkan tunggu hingga filenya selesai terdownload.

6.       Cobalihat file yang sudah Anda download dan ada dalam bentuk zip dan silahkan extract seperti biasa.





Langkah menginstal + crack IDM :
1.       Silahkan buka file yang telah kamu extract tadi,

2.       Buka idman625build25.kuyhAa dan install seperti biasa

3.       Jika ada pop up yang muncul setelah instal silahkan di OK saja

Di close jika ada perintah seperti di bawah

Jika ada minta serial number pilih batal saja
4.       Pastikan menutup aplikasi IDM yang berjalan sebelum kita  memasang crack nya. Silahkan cek di taksbar kalau tidak ada, pastikan juga di task manager untuk menutupnya, jika juga tidak ada, silahkan lewati saja langkah ini

5.       Coba Anda copy file IDMan yang ada di folder crack lalu paste ke folder IDM di
C:/Program Files/Internet Download Manager


6.       Buka lagi folder IDM hasil zip tadi dan jalankan  file key.reg dan jika ada notifikasi yang muncul pilih Yes saja.

7.       Bukalah shortcut IDM yang ada di desktop, lalu cobalah lihat di bagian registrasi, maka ternyata IDM mu sudah di registrasi otomatis.

8.       BERHASIL DIPASANG.




Langkah untuk menge-test  IDMnya:
1.       Silahkan refresh Chrome Anda,
2.       Setelah Chrome di buka  aktifkan exsitensi IDM
3.       Buka youtube dan silahkan download Video yang ingin Anda download
4.       Selamat menggunakan IDM Full VErsion tanpa serial number.


Terimakasih telah membaca tutorial sederhana ini.

Jika ada yang masih belum di mengerti silahkan dikomentari saja di bawah.

Semoga bermanfaat.




.